Translate

Senin, 12 September 2011

PURA SILAWANA HYANG SARI

Penataran Agung Lempuyang

Menurut Babad Prewangsa, bahwa pura ini adalah bekas Pasraman Ida Danghyang Brahma, setelah beliau membangun Pasraman di Silayukti (Padang).

Ida Danghyang Brahma ngeredana putra dari pancadnyanan beliau 5 orang, yaitu :

1.     Sang Brahmana Pandhita (Empu Genijaya), yang selanjutnya beliau berasrama di Lempuyang Madya Gamongan.

2.     Empu Semeru, yang selanjutnya beliau berasrama di Besakih.

3.     Empu Gana, yang selanjutnya beliau berasrama di Gelgel.

4.     Empu Kuturan (Raja-Rai) yang selanjutnya beliau berasrama di Silayukti (Padang).

5.     Empu Bharadah yang selanjutnya beliau berasrama di Lemahtulis – Pejarakan (Jawa Timur).

Kelima putra beliau ini dinyatakan wiku sangkan rare, karena itu beliau digelari Panca Tirtha.

Pelinggih pokok di pura ini, adalah :

1.     Sanggar Agung Penunggal, stanan Ida Danghyang Brahma (Bhatara Hyang Genijaya) karena baliau sudah meraga Nur-Cahaya (Sinar suci)

   2.Sanggar Agung Kembar, stanan Dewa Icwara Ardha-Nareswari, lingga  Cetana-Acetana, Purusa-Predana, Positif-Negatif, Surya-Candra – Ruwa bineda.

3.     Pancaresi, yaitu sebuah bangunan bertiang 5 buah beratap ijuk, stanan Ida Bhatara Panca Tirtha, yaitu kelima putra dari Danghyang Brahma.

Pujawali/odalan di pura ini jatuh pada Hari Budha Kliwon Pahang (sama dengan Odalan Ida Bhatara di Silayukti) dengan upakara yang tidak boleh dilupakan yaitu : Sesayut Panca-Lingga untuk banten munggah pada pelinggih pancarsi sebagai tapakan Ida Bhatara-Panca Tirtha.

Lebih jauh kami terangkan disini, bahwa pura ini sudah tiga kali dipugar dan dikembangkan, yaitu :

Pemugaran I :
Pura ini dipugar pada tahun 1912, lalu digoncang oleh gempa bumi (gejor gede) saat meletusnya Gunung Batur tahun 1917, sehingga keadaannya rusak total.

Pemugaran II :
Pemugaran ke II dilakukan pada tahun 1928, hal ini dinyatakan dengan selembar lontar pengeling-eling Karya Ngeteg Linggih pada Hari Kuningan Purnamaning ka 4 (kapat), Icaka 1850 (tahun 1928 M). Semua bangunan yang telah dipugar tersebut, juga mengalami kerusakan total, akibat adanya bencana alam gempa bumi yang terjadi pada tahun 1963, saat meletusnya Gunung Agung, ditambah lagi dengan adanya gempa bumi tanggal 18 Desember 1979.

Pemugaran III :
Kini pura tersebut dipugar kembali pada bentuk aslinya, dengan kontruksi beton bertulang dengan mendapat bantuan dana dari Bapak Presiden R.I (Banpres) sebesar Rp. 12.000.000,- (dua belas juta rupiah) dan dipelaspas pada Hari Budha Kliwon Pahang tanggal 4 Oktober 1989. Bangunan ini diresmikan tanggal 7 Oktober 1989 oleh Bapak Gubernur Kepala Daerah Tk. I Bali, Prof.Dr. Ida Bagus Oka, dengan menanda tangani batu prasasti yang bertahun caka : ” Surya Candra Sanga ngider Bhuana. ”

Yang berbeda di pura ini adalah karena; ada padma kembar sibol konsep rwa bineda, disisi barat daya ada patung buda, yang menurut ceritra ada kaitannya dengan buda yang ada di pura Tanjung Sari Padangbay. Kemudian disisi Timur ada tempat penghayat Hanoman. Bahwa pura Silawana Hyang Sari merupakan Penataran AGung Lempuyang. Konon tempat ini merupakan salah satu tempat pesamuan para Dewa .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar