Translate

Jumat, 23 April 2010

STRUKTUR SAD KAHYANGAN GIRI LEMPUYANG

Gunung Lempuyang Terdiri dari ;

Dasar gunung/kaki gunung, dinamai Lempuyang Dasar. dasaring Giri Lempuyang linggih Sang Naga Ananta Bhoga, merupakan tunggangan Bhatara brahma, untuk menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada, dilambangkan dengan nada simbolis (wijaksara) HRANG sebagai bungkah/pangkal. Pukahing gunung/dasar gunung, diwujudka dengan Kahyangan Pura Dalem Dasar Lempuyang, ibarat kaki kedudukannya sebagi Predana.

- Madyaning gunung, dinamai Lempuyang Madya. madyaning Giri Lempuyang linggih Sang Naga Basukih, merupakan tunggangan Bhatara Wisnu, untuk memelihara dan mengayomi sesuatu yang telah ada, sehingga terwujud keseimbangan, keharmonisan serta keserasian isi dunia ini, dilambangkan dengan nada simbolik (wijaksara) HRING terletak ditengah-tengah. Madyaning gunung, diwujudkan dengan adanya Kahyangan Pura Silawana Hyang Sari (Penataran Agung Lempuyang), merupakan batang tubuh/pusat yang menopang dan menyangga kepala.

- Pucak gunung atau agraning gunung, dinamai Lempuyang Luhur, Luhuring Giri Lempuyang sebagai linggih Sang Naga Taksana, merupakan tunggangan Bhatara Icwara (Ciwa), guna mengadakan peleburan (pralina) segala sesuatu yang seharusnya dilebur, sehingga dunia ini tetap kelihatan indah dan menarik, dilambangkan dengan nada simbolik (wijaksara) S A H sebagai agra tungtung.

Agraning gunung, diwujudkan dengan adanya Kahyangan Pura Lempuyang Luhur, ibarat kepala atau murdha berkedudukan sebagai purusa.

- Ketiga faktor tersebut diatas, dapat diibaratkan sebatang pohon (pepohonan) :

a. adanya akar (dasar) untuk mencari/menghisap makanan yang akan diedarkan ke seluruh batang, ranting, bunga dan buah serta pertumbuhan pucuk yang akan mengembangkan kehidupan pohon itu

b. adanya batang (madya) untuk menampung tumbuhnya ranting-ranting yang akan menghasilkan daun bunga dan buah.

c. adanya pucuk (puncak) untuk mengatur pengembangan/pertumbuhan yang harmonis.

Ketiga bagian itu patut mendapat pemeliharaan yang seimbang agar mendapatkan hasil yang diharapkan, tetapi bagi orang awam akar yang tersembunyi di bawah tanah sering dilupakan, tanpa menyadari betapa pentingnya akar itu.

Kuta mantra :

” Om hrang, hring, sah, parama ciwa ditya ya namo namah swaha. ”

Arti bebasnya :

Dari awal/dasar, madya/tengah, pucak/tungtung, Ida Bhatara Ciwa Raditya yang disucikan dan dipuja.

Keadaan ini dikuatkan oleh ucap Pustaka Sulayang Geni, antara lain :

” Saking dasar bedawang nala, nerus ring agra premana, maka pakna molihing suksma paukudan”.

Arti bebasnya : dari dasar gunung terus sampai ke puncak, merupakan perwujudan badan halus (suksma sarira)

“ Saking pukahing gunung, angayap Hyang Pramesti, prapta rilambung tumus ring agra tungtung, maneresti purana kerthining Lampuhyang”.

Arti bebasnya : dari dasar gunung memuja Hyang Pramesti ( hyang sinuhun), sampai dengan di madya, terus tembus ke puncak , membangun kahyangan bersinar suci, indah permai dan lestari.


4 JALAN MENUJU LEMPUYANG LUHUR

Bagi umat hindu yang ingin sembahyang ke Lempuyang Luhur, dapat melalui 4 jalan;

- Jalur Utara, naik dari Desa Kemuda (Purwayu) kedesaan Tista, Kecamatan Abang – Karangasem, akan melewati : Pura Purwayu, Pura Telaga Mas, Pura Pasar Agung dan Pura Lempuyang Luhur.

- Jalur Barat, naik dari Desa Basangalas, kedesaan Tista, Kecamatan Abang – Karangasem terus menuju Desa Gamongan Kedesaan Tiyingtali, Kecamatan Abang – Karangasem, akan melewati: Pura Tirtha Telaga Sawang, Pura Penataran Lempuyang Madya Gamongan, Pura Merajan Bisbis, Pura Pasar Agung dan Pura Lempuyang Luhur.

- Jalur Timur, mulai naik dari Desa Jumenang, Kedesaan Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, akan melewati: Pura Penataran Kenusut Jumenang, Pura Pasar Agung Jumenang dan Pura Lempuyang Luhur.

- Jalur Selatan, mulai naik dari Desa Batugunung, Kedesaan Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, akan melewati :

1. Pura Dalem Dasar Lempuyang di Batugunung, merupakan pintu gerbang masuk, bilamana akan memedek/tangkil ke pura-pura Sad Kahyangan Lempuyang

2. Pura Anggreka Sari, lingga batu-celelengan alami dan batu besar sebagai kelumpu (lumbung)

3. Pura Tirtha Sunia-mretha (Tirtha Seliwah), Tirtha ciptaan Ida Bhatara Tiga, berwarna putih, hitam, dan kuning (hanya dapat dilihat dengan mata bathin).

4. Pura Tirtha Jaga Satru ( tirtha gangga-mretha), terletak dikanan kiri sungai, berhadap-hadapan (adumuka).

5. Pura Tirtha Manik Ambengan (Danu Sawang), yaitu penyampuhan 2 buah tirtha yang berasal dari aliran Tirtha Telaga Sawang bercampur dengan aliran Tirtha Kamandalu.

6. Pura Yasaan (Pura Pesimpenan Agung) di Gunung Sari.

7. Pura Silawana Hyang Sari (Penataran Agung Lempuyang) di Gunung Sari – Munduk Bhujangga Dewa.

8. Pura Windhusari, pelinggih padma-sari Ider Bhuana di Gunung Sari.

9. Pura Tirtha Sudhamala, terletak di pinggir hutan.

10. Pura Tirtha Empul (sudha-petaka), tirtha yang keluar dari lubang batu besar, terletak pada tebing yang curam ditengah hutan.

11. Pura Batu Penyangcangan (Pura Astitina Sapta-Petala) di tengah hutan.

12. Pura Pasar Agung (bagian tengah) di tengah hutan.

13. Pura Tirtha Kamandalu, terletak di tengah hutan.

14. Pura Tirtha Manik Bulan, terletak di tengah hutan lebat, sudah dekat dengan Pura Lempuyang Luhur (kurang lebih lagi 200 meter).

15. Pura Lempuyang Luhur – Pucak Bisbis, linggih tirtha pingit pada pering asoca-kembar.

Empat belas pelebahan Pura Sad Kahyangan Lempuyang (No.1 s/d No.14) adalah menjadi tanggung jawab/empon masyarakat Batugunung dengan jumlah anggota Banjar hanya 22 kepala-keluarga.

Jika keadaannya ditinjau khusus dari Jalur Selatan Batugunung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

- Dasar Lempuyang = Pura Dalem Dasar Lempuyang di Batugunung.

- Madya Lempuyang = Pura Silawana Hyang Sari (Penataran Agung Lempuyang)

- Luhur Lempuyang = Pura Lempuyang Luhur (sebagai mudha) dengan tirtha pingitnya yang terdapat di dalam bambu pering asoca kembar.

Tiga faktor tersebut diatas, mempunyai kaitan yang sangat erat sebagai poros kesucian yang dilambangkan dengan nada simbolik (wijaksara) : HRANG ( ) = Brahma, HRING ( ) = Wisnu, S A H ( ) = Icwara/Ciwa = sebagai Utpati – Stithi – Prelina = (Tri Murti – Tri Linggatmanam), menurut filsafat – Tattwa Agama Hindu.

Demikian sekilas pandang dapat kami sampaikan untuk dimaklumi bersama, demi kemantapan rasa bhakti (iman) terhadap Ida Bhatara-Bhatari Sinuhun kabeh. Semoga Ida Bhatara Lelangit asung kertha wara nugraha untuk memancarkan sinar suci-Nya kepada semua Umat Hindu di mana saja berada, sehingga dapat kita mencapai kedamaian / ketentraman batin yang mendalam, umangguh hita wasana sekala-niskala. Om,Santih,Santih,Santih Om