Translate

Selasa, 02 November 2010

PURA TIRTHA JAGA SATRU (GANGGA MERTHA)

Tirtha Jaga Satru adalah dua buah mata air di tepi sungai, sebuah terletak disebelah timur dan yang sebuah lagi terletak di sebelah barat sungai. Dibuatkan pelinggih berhadap-hadapan, adu muka-menjaga satru, adalah pesucian Ida Bhatara di Pura Silawna Hyang Sari, dengan praciri Sanggar Agung Kembar stana Dewa Icwara Ardha-Nareswari, merupakan simbolis Surya-Candra, Cetana-Acetana, Purusa-Predana, Positif-Negatif, ini termasuk ajaran Rwa-Bineda.

Tirtha Tunggang :
Pada waktu Umat Hindu akan melaksanakan upacara atitiwa (ngaben), maka mereka akan mencari tirtha tunggang anugrah Ida Bhatara Brahma yang harus dicari oleh prati-santana yang diaben pada waktu tengah malam. Pada waktu pengabenan Tirtha Gangga Mertha kesinanggeh Tirtha Tunggang yang berfungsi sebagai tirtha pengentas, dengan kepercayaan / keyakinan yang dapat akan memisahkan unsur panca maha bhuta dengan panca tan matra atau setula-sarira dengan suksma sarira, serta langsung merupakan pengantar (pengentas) atas kepergiannya Sanghyang Atma dari Bhuah-Loka menuju ke Swah-Loka.

Jayeng perang :
Jika seseorang akan pergi ke medan perang, disinilah mohon restu keselamatan dengan membawa segala senjata peralatan perangnya, keris, tombak, pedang dll, untuk dilukat dan mohon kesidhiannya. Sebaiknya upacara dilaksanakan pada waktu tengah malam, dalam suasana yang sepi dan tenang, kita mohon agar jaya di medan perang dan tidak kekurangan sesuatu apa.
Memerangi musuh dari luar, jauh lebih mudah daripada memerangi musuh pada diri sendiri. Musuh yang timbul dari dalam diri sendiri, adalah Sad Ripu. Sad Ripu timbul karena dikuasai oleh Rajah Tamah. Untuk menyeimbangkan gerak langkah dari Triguna, sebaiknya ditempat ini mohon peleburan (pelukatan) untuk mendapatkan segala langkah yang positif. Penyucian diri harus dilandasi ketulusan hati, karena apapun bentuk penyucian tanpa dilandasi rasa tulus akan sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar