Translate

Senin, 12 September 2011

PURA WINDHU SARI ( KADONGAN BUNTER )

Pura Windhu Sari terletak tidak jauh dari Pura Silawana Hyang Sari jaraknya kurang lebih 200 m. Areal pura ini terdiri dari 3 pelataran, yaitu :
-        Pelataran di atas terdapat sebuah bangunan Sanggar Agung.
-        Pelataran di tengah terdapat bangunan Panca-Resi dan Ngerurah Agung.
-        Pelataran di bawah terdapat bangunan Padma-Sari Ider Bhuana berbentuk Lingga-Yoni melingkar bundar pada 8 penjuru arah mata angin, yang merupakan pelinggih dari Asta-Dewata dan tiga buah lagi yang di tengah merupakan lingga dari Tri Purusa : Ciwa, Sadha Ciwa, Parama Ciwa.

Ider- bhuwana :
- Di timur                 =    Dewa Icwara bersenjatakan bajra, dilambangkan dengan warna serba putih dengan wijaksara SA (       ), singkatan dari nada simbolis Sadyojata.

- Di selatan               =    Dewa Brahma bersenjatakan gada, dilambangkan dengan warna serba merah dengan wijaksara BA (       ), singkatan dari nada simbolis Bamadewa.

- Di barat                  =    Dewa Mahadewa bersenjatakan nagapasa, dilambangkan dengan warna serba kuning dengan wijaksara TA (       ), singkatan dari nada simbolis Tat-Purusa.

- Di utara                  =    Dewa Wisnu bersenjatakan cakra, dilambangkan dengan warna serba hitam dengan wijaksara A (       ), singkatan dari nada simbolis Aghora.

- Di tengah (bawah) =    Dewa Ciwa bersenjatakan padma (tunjung) dilambangkan dengan warna serba panca warna (brumbun) dengan wijaksara I  (       ), singkatan dari simbolis Icana.

- Di tenggara            =    Dewa mahesora bersenjatakan dupa-pasepan, dilambangkan dengan warna serba dadu dengan wijaksara NA (       ).

- Di barat daya         =    Dewa Rudra bersenjatakan mosala, dilambangkan dengan warna serba jingga dengan wijaksara MA (       ).

- Di barat laut           =    Dewa Sangkara bersenjatakan angkus (tombak), dilambangkan dengan warna serba hijau dengan wijaksara CI (       ).

- Di timur laut          =    Dewa Cambu bersenjatakan trisula, dilambangkan dengan warna serba biru dengan wijaksara WA (       ).

- Di tengah atas        =    Dewa Sadha Ciwa bersenjatakan dwaja, dilambangkan dengan warna serba putih dengan wijaksara YA (       ).

Kesepuluh wijaksara ini dinamai dasaksara, dengan urutannya sebagai berikut :

SA  (       ),   BA  (       ),   TA  (       ),   A  (       ),   I  (       )

Kelima wijaksara ini disebut Pancaksara.

NA (       ),   MA  (       ),   CI  (       ),   WA  (       ),   YA  (       )


Wijaksara ini disebut Pancagni.   
 Padmasari ider bhuana ini di bangun pada tahun 1978, atas prakarsa Drs. Ida Bagus Oka Punia Atmaja, Ketua Parisada Hindu Dharma Pusat dan dipelaspas oleh Ida Pedanda Gede Wayan Teges dari geria Rendang-Kelor Subagan-Karangasem, pada hari Kamis Umanis wara Sinta, Purnama ka I (kasa) Icaka : 1900, tanggal 20 Juli 1978.

Latar belakang dari dibangunnya padmasari ider bhuana ini adalah pituduh (pekarsan) Ida Bhatara Empu Kuturan melalui pesucian jnyana-yoganya Drs. Ida Bagus Oka Punia Atmaja. Setelah selesai bangunan padmasari ider bhuwana tersebut langsung dengan dipelaspasannya (pensuciannya) yang berbentuk Lingga-Yoni. Selanjutnya setelah itu, baru diselenggarakan Karya Agung Ekadasa Rudra di Besakih pada akhir tahun Caka 1900, sekitar bulan Maret 1979.

Perlu kami jelas disini, bahwa Pura Silawana Hyang Sari dan Pura Windhu Sari ini, sangat erat kaitannya dengan Pura Silayukti di Padangbai.

Ucap Pustaka Sulayang Geni : ” Kadi sodama tejaning Hyangsana ring witing kapu-kapusuksma matra. Antasana ring Padang Silayukti, anerus ring Bhujangga Dewa Giri, tumampaking haris ring Gelgel. Enjing-enjing sadyanira ring Basukih, irika ngadegaken pangaskaran presama, lumekas mangalih Bhujangga Dewa Giri, mintonaken diksa puja ring gunung Bujangga Dewa Lempuyang purwaka. Lungang dewasa, praptang masa Wesaka kala Candra Umanis Tolu, sira Sanghyang Genijaya Aiswarya Raja-Rsi, Kasamrat ring Bali Bangsul. ”

Arti bebasnya : Sebagai menyatu tejan Ida Hyang Hangsana (Danghyang Brahma) dengan tumbuhan kapu-kapu yang absrak aneh itu. Lalu tiba di Padang Silayukti, terus sampai di Bujangga Dewa Giri (di Munduk Gunungsari), lalu meneruskan perjalanan ke Gelgel. Kemudian tujuan beliau di Besakih, disana mengadakan upacara Agama bersama, kemudian berpindah tempat menuju ke Munduk Gunungsari, mohon dan melaksanakan diksa-puja di gunung Bhujangga Dewa kawasan Lempuyang. Dikemudian hari datang sasih ka 10 (kedasa) pada hari Soma Umanis wara Tolu, Ida Bhatara Genijaya dilantik Raja-Rsi sebagai Pemimpin Jagat Bali.

  Om Ano bhadrah kretawo yantu wicwatah  ” =
Ya Tuhan semoga segala pikiran yang baik (suci) datang dari segala penjuru. Di pura ini kiranya baik sekali (tenang) untuk melaksanakan yoga samadhi mengkonsentrasikan pikiran/jnyana agar tercapai roro-roroning atunggal.

2 komentar:

  1. Om Swastyastu,
    Blog ini sangat berguna sekali untuk kami mengetahui tempat-tempat suci di Bali. Tapi mohon sekiranya disebutkan lokasi dari Pura-Pura tersebut dan kalau bisa dengan panduan jalan ke pura tersebut. Ini membantu menuntun suasana hati kami walaupun hanya lewat membaca saja. Suksma.

    BalasHapus
  2. kawasan pura ini ada di wilayang desa adat batugunung, yg ingin penjelasan lebih lanjut silahkan hub ke 082146048099

    BalasHapus