Translate

Senin, 12 September 2011

PENJELASAN TAMBAHAN SAPTA MRETHA=SAPTA TIRTHA

Ucap Sulayang Geni : ”  Titanen kunang Sanghyang Bhatara Genijaya paramartha, maninggalaken guna wisesa ring putranira kalima, helem ring Bukit Bisbis, kaginelar sampun andaning gunaning wwang ri kadlahan, ring jurang wetan mulaning tirtha wwe kumerincing tattwanira purwa de Bhatara Pacupati, ika sinirat-sirat sakeng agra, dulur tirtha hima,saha sega-sega saka buatan ring bhuta hita, ring kala diwa, minantran dening : Gangga mretha, Gatta mretha, Soma mretha, Teja mretha, Irannya mretha, Jnyana mretha, Hawa mretha, genep Sapta mretha mahoma tirtha. 

Arti bebasnya : Diceriterakan kemudian tentang kesucian/adnyanan Ida Bhatara Genijaya, bahwa beliau telah memberikan guna-wisesa (keahlian) kepada kelima putranya itu, lalu beliau menetap di puncak Gunung Bisbis. Beliau dipandang sebagai pemberi bibit keahlian/keterampilan yang pertama kepada masyarakat sampai dengan dikemudian hari. Di jurang bagian timur pertama kali adanya tirtha dari air yang merintik-gemercikan itu, konon asal mulanya dari ciptaan Ida Bhatara Pacupati. Tirtha itulah dipercikan dari puncak bersama dengan tirtha hima (tirtha pingit) serta upakara bebantenan seperlunya untuk keselamatan makhluk hidup.

Pada waktu hari baik (rerahinan), lanjut dipercikan sampai ke dasar guna pengairan sawah ladang dibarengi dengan mantra doa/puja :
1. Gangga mretha        = Tirtha Jaga Satru;
2. Gatta mretha            = Tirtha Sudamala/Sudhapetaka;
3. Soma mretha           = Tirtha Manik Bulan;
4. Teja mretha             = Tirtha Kamandhalu;
5. Irannya mretha        = Tirtha Manik Ambengan (Danu Sawang);
6. Jnyana mretha         = Tirtha Seliwah (Cunia mretha);
7. Hawa mretha           = Tirtha Pingit (Tirtha Hima) di Puncak Lempuyang Luhur.

Genap sapta mretha berkumpul (mecampuh) menjadi Sapta Tirtha.

Kidung warga-sari :
Turun tirtha saking luhur,
Tirthan panca Dewatane,
Brahma Tirtha Kamandhalu,
Hyang Icwara Sanjiwani,
Mahadewa Kundalini,
Hyang Wisnu Tirtha Pawitra,
Hyang Ciwa pamuput,
Amertha kinardi.-

Kidung warga-sari ini digunakan untuk mendak turunnya Ida Bhatara Tirtha yang akan dipercikkan/ kesiratang kepada para pemedek sehabis muspa.

Penjelasan :

  1. Tirtha Kamandhalu, adalah ciptaan Ida Bhatara Brahma yang mempunyai khasiat kesucian untuk membangkitkan gerak kreatifitas agar kita menjadi manusia yang kreatif.
  2. Tirtha Sanjiwani, adalah ciptaan Ida Bhatara Icwara yang mempunyai khasiat kesucian untuk membangkitkan rasa kedamaian/ketenangan, sehingga terdapat kerukunan dalam keluarga maupun kerukunan pada lingkungannya masing-masing.
  3. Tirtha kundalini, adalah ciptaan Ida Bhatara Mahadewa yang mempunyai khasiat kesucian untuk membangkitkan rasa seni/rasa aestetika (kama) dan kenikmatan/kebahagiaan hidup.
  4. Tirtha Pawitra, adalah ciptaan Ida Bhatara Wisnu yang mempunyai khasiat kesucian yang membangkitkan jiwa keperwiraan guna membela dan melindingi kebenaran dan keadilan menjaga keseimbangan hidup sekala nickala. ”Satyam ewa jayate !
  5. Tirtha Amretha, adalah ciptaan Ida Bhatara Ciwa yang mempunyai khasiat kesucian yang dapat membangkitkan rasa percaya diri, bahwa apabila kita tetap berlindung kepada dharma, pasti kita akan dikaruniai panjang umur dan hidup bahagia.
Kesimpulan :

  1. Pura Lempuyang Luhur ibarat kepala-murda (puncak), berkedudukan sebagai Purusa dan pada Karya Agung Ngenteg Linggih tanggal 21 April 1989 dihadiri oleh Bapak Gubernur Kepala Daerah Tk I Bali, Prof.Dr. Ida Bagus Oka.
  2. Pura Silawana Hyang Sari (Penataran Agung Lempuyang) berkedudukan sebagai Madya-Pusat, merupakan Angga atau Badan yang menopang kepala dan pada waktu upacara peresmian bangunan Banpres tanggal 7 Oktober 1989 dihadiri oleh Bapak Gubernur Kepala Daerah Tk I Bali, Prof.Dr. Ida Bagus Oka serta menandatangani batu prasasti yang bertahun Caka : ”  Surya Candra Sanganginder Bhuwana ! 
  3. Pura Dalem Dasar di Batugunung, ibarat kaki (kakinya gunung) berkedudukan sebagai Predana, merupakan pintu gerbang masuk apabila akan memedek ke Pura Sad Kahyangan Lempuyang. Pada Karya Ngenteg Linggih Medudus Agung tanggal 22 Oktober 1983, dihadiri oleh Bapak Gubernur Kepala daerah Tk I Bali, Prof.DR. Ida Bagus Mantra, serta menandatangani batu prasasti yang bertahun Caka : ” Panca Cunia Gapuraning Wwong ! 
Pujastuti sapta wredhi (Doa permohonan) :
Om Ayu wredha yaca wredhi,
Wredhi pradnya suka Criyam,
Dharma Santana wredhisca,
Santute sapta wredhayah.

Om  -  Om  -  Om     = Ya, Tuhan/Sanghyang Parama Kawi.

1. Ayu wredhi    = Semoga orang yang berbuat baik berkembang terus.

2. Yaca wredhi              = Semoga orang-orang yang berjasa berkembang terus.

3. Pradnya wredhi         = Semoga ilmu pengetahuan/kepandaian berkembang terus.

4. Suka-Cryam-wredhi  = Semoga rasa keindahan/kebahagiaan tumbuh berkembang.

5. Dharma wredhi          = Semoga rasa Agama/keimanan, kebenaran/keadilan berkembang tumbuh bersemi.

6. Santana wredhi          = Semoga keturunan yang utama (suputra) berkembang biak.

7. Santosa wredhi          = Semoga keamanan/kesentosaan berkembang dan terpelihara baik.

Sapta wredhayah           = Semoga ketujuh pasal diatas, selamat berkembang maju.

Demikian Petunjuk Khusus ini kami buat dengan ketulusan hati, semoga ada manfaatnya dan dapat membantu seperlunya.




                                                      Batugunung, 10 Agustus 1991

                                                      Om Ksama Swamam Mahadewa,


                                                      ( KI TUNJUNG TUTUR )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar